Menguak Lebih Detail Petilasan Dhamarwulan Di Desa Sudimoro Megaluh. Dan Cerita Masa Kecilnya.

 

Jombang, www.koranpatrolixp.com

Damar Wulan, sering juga ditulis Dhamarwulan. Adalah tokoh seorang legenda cerita rakyat Jawa, kisah Dhamarwulan ini cukup populer ditengah masyarakat dan banyak terdapat versi lakon. Yang diperkirakan ditulis pada masa akhir keruntuhan Majapahit.

Siapa yang tidak kenal Dhamarwulan?, hampir seluruh dunia saat ini mengenal sosok laki – laki tampan yang merupakan penyelamat kerajaan Majapahit usai Dhamarwulan berhasil memenggal kepala Raja Blambangan Minakjinggo. Hingga saat ini, cerita perjuangan Dhamarwulan masih sering diangkat sebagai cerita di dunia pewayangan hingga drama film.

Namun ada sepenggal cerita kisah Dhamarwulan, dikatakan oleh Juru kunci petilasan Dhamarwulan yang berada di desa Sudimoro kecamatan Megaluh kabupaten Jombang, Solikan, sosok Dhamarwulan lahir di dusun Pal Ombo, dan keseharian Prabu Dhamarwulan dimasa kecilnya hingga dewasa adalah pencari rumput sebagai makanan kuda.

“Damar Wulan kesehariannya adalah pencari rumput disebuah kawasan pengaritan yang kemudian dikenal dengan nama Dusun Paritan, hingga kemudian Damar Wulan dipercaya menjadi tukang pencari rumput untuk makanan kuda milik Patih Loh Gender dari kerajaan Majapahit.” tutur juru kunci kepada media koranpatrolixp.com. Senin (27/2/2023).

Masih penuturan Solikan, Dikatakan Damar Wulan itu karena dia merupakan pria rupawan, saking tampannya ia dinamakan Damar (lampu) dan Wulan (bulan), “Kalau ndak ganteng ya dinamakan Damar Melik – Melik (redup).” tambahnya.

Orang tua perempuan Dhamarwulan ialah Dewi Untari, konon kabarnya makam Dewi berada di desa brambang kecamatan Diwek. “Sedangkan orang tua laki – laki Dhamarwulan yaitu Maha Resi Mau Doro, petilasannya (tempat persinggahan atau tempat yang pernah didiami) berdekatan dengan petilasan Dhamarwulan yang ada di Sudimoro.

“Petilasan tersebut juga ada sebuah kolam air, cerita dulunya menjadi tempat mencuri rumput, sebelum dijadikan makanan kuda. Dan tempat untuk mencari rumput ya di pengaritan sekarang menjadi dusun paritan.” jelas Solikan.

Lebih lanjut penuturan Solikan. Pada hari tertentu seperti bulan Suro, warga desa Sudimoro melakukan kirab desa yang biasa orang kenal dengan kata nyadranan atau ruwat desa. Hampir semua warga tanpa terkecuali, memenuhi petilasan Dhamarwulan. Jadi jarang sekali ada warga lain.

“Pendak Wulan Suro (pada saat bulan suro) warga setempat melakukan kirab desa atau ruwatan, dan kirab tersebut tepat dibulan suro pada hari Jum’at pahing, serta dalam kirab pasti ada pagelaran wayang kulit semalam suntuk.” ujarnya.

Solikan juga memaparkan pada kolam air yang dimaksud tempat mencuci rumput oleh Dhamarwulan, adalah tempat yang sangat sakral. Konon saat terjadi gempa di Turki dan Tsunami di Aceh waktu itu, lebih lanjut kata Solikan, “Hingga terdeteksi pada kolam air tersebut, persis kejadian gempa dan tsunami itu, air kolam ikut bergetar.” jlentrehnya.

Tak heran, banyak juga dijumpai orang – orang yang mendatangi petilasan Dhamarwulan dan petilasan Maha Resi Mau Doro, menyempatkan untuk mandi di kolam tempat mencuci rumput. “Seringkali dijumpai para pendatang menyempatkan membawa air dari kolam tersebut. Boleh percaya boleh tidak semua tergantung keyakinannya masing – masing.” pungkasnya. (wdynti/hdk).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Comments are closed.